Seni Rupa IV SD/MI Semester Genap | BABA 4 Wayang
Shadow memiliki arti bayangan dan puppet berarti tokoh/lakon yang dimainkan. Shadow puppet merupakan tokoh cerita yang dimainkan dalam bentuk bayangan. Salah satu contoh shadow puppet yang paling terkenal adalah wayang. Shadow puppet lebih dikenal dengan wayang yang termasuk seni pertunjukan dengan unsur seni rupa, meliputi hiasan tokoh cerita, kelir/ layar, panggung, tata cahaya, dan sebagainya.
Definisi Wayang
Beberapa pengertian wayang menurut para ahli, antara lain sebagai berikut.
Pengertian wayang menurut Supriyo
Supriyo menyatakan bahwa wayang sebagai salah satu bentuk teater tradisional yang paling tua. Pada masa pemerintahan Raja Balitung, telah ada petunjuk adanya pertunjukan wayang pada prasasti Balitung pada tahun 907 Masehi, yang mewartakan bahwa pada saat itu telah dikenal pertunjukan wayang.
Pengertian wayang menurut Dr. G. A. J. Hazzeu
Wayang menurut Dr. G. A. J. Hazzeu merupakan pertunjukan asli Jawa di mana wayang berasal dari kata walulang inukir (kulit yang diukir) dan dilihat bayangannya pada kelir.
Pengertian wayang menurut Sri Mulyono
Wayang menurut Sri Mulyono, yaitu sebuah kata di dalam bahasa Indonesia (Jawa) asli, yang berarti bayang-bayang atau bayang, lalu mendapat tambahan “wa” yang menjadi wayang.
Pengertian wayang menurut Kusumajadi
Kusumajadi menyatakan bahwa wayang adalah bayangan orang yang sudah meninggal. Jadi, orang yang digambar tersebut sudah meninggal. Beliau juga menjelaskan bahwa kata wayang berasal dari suku kata wa dan yang. Kata wa berarti trah yang berarti turunan dan yang berarti hyang atau eyang kakek atau leluhur yang sudah meninggal.
Asal-Usul Wayang
Sejak tahun 1950-an, buku-buku pewayangan seolah sudah sepakat bahwa wayang berasal dari Pulau Jawa dan sama sekali tidak diimpor dari negara lain. Budaya wayang diperkirakan sudah lahir di Indonesia setidaknya pada zaman pemerintahan Prabu Airlangga, Raja Kahuripan (976–1012), yaitu ketika kerajaan di Jawa Timur sedang makmur-makmurnya. Karya sastra yang menjadi bahan cerita wayang sudah ditulis oleh para pujangga Indonesia, sejak abad X, antara lain naskah sastra Kitab Ramayana Kakawin berbahasa Jawa Kuna ditulis pada masa pemerintahan raja Dyah Balitung (989–910) sebagai gubahan
dari Kitab Ramayana karangan pujangga India, Walmiki.
Selanjutnya, para pujangga Jawa tidak lagi hanya menerjemahkan Ramayana dan Mahabharata ke bahasa Jawa Kuno, tetapi menggubahnya dan menceritakan kembali
dengan memasukkan falsafah Jawa ke dalamnya. Contohnya adalah karya Empu Kanwa Arjunawiwaha Kakawin sebagai gubahan yang berinduk pada Kitab Mahabharata.
Gubahan lain yang berbeda dengan cerita asli versi India, yaitu Baratayuda Kakawin karya Empu Sedah dan Empu Panuluh. Karya tersebut dikerjakan pada masa pemerintahan Prabu Jayabaya, Raja Kediri.
Wayang sebagai suatu pergelaran dan tontonan sudah dimulai sejak zaman pemerintahan Raja Airlangga. Beberapa prasasti pada masa itu sudah menyebutkan kata-kata “mawayang” dan ‘aringgit’ yang berarti pertunjukan wayang.
Bentuk Wayang
Pagelaran wayang dapat disajikan dengan berbagai macam bentuk wayang, antara lain sebagai berikut.
Wayang kulit
Wayang kulit populer di daerah Jawa Timur, Yogyakarta, dan Jawa Tengah. Semua wayang kulit pada dasarnya terbuat dari bahan dasar kulit hewan. Wayang kulit memiliki berbagai jenis sesuai dengan kedaerahan atau jenis cerita yang dibawakan. Jenis wayang kulit, antara lain sebagai berikut.
Wayang purwa
Umumnya, lakon yang dibawakan dalam wayang purwa diambil dari kisah Ramayana dan Mahabarata. Bentuk wayang purwa sangat berbeda dengan tubuh manusia pada umumnya dan diukir dengan sistem tertentu sehingga perbandingan antara bagian-bagian masing-masing seimbang.
Terdapat pengelompokan ukuran di dalam wayang purwa, yaitu sebagai berikut.
Wayang kaper
Wayang kaper merupakan ukuran wayang kulit yang terkecil. Umumnya, wayang kaper diperuntukkan
bagi anak-anak yang mempunyai bakat dalam bidang
pewayangan (pedalangan).
Gambar Bentuk wayang purwa.
R. M. Sajid menjelaskan bahwa wayang kaper dapat diartikan bila disabetkan pada kelir terlihat tidak jelas dari bentuk-bentuk tokoh jenis wayang. Wayang kaper hanya terlihat bergerak-gerak, seolah-olah tampak hanya sebagai kaper-kaper atau kupu-kupu kecil yang berkeliaran di sekitar lampu karena kecilnya wayang.
Wayang kidang kencanan
Jenis wayang tersebut juga sering disebut kencana yang berarti sedang. Pembuatan wayang kidang kencanan agar jika digunakan dalam pentas tidak terlalu berat.
Wayang pedalangan
Wayang pedalangan merupakan wayang kulit yang ukuran besarnya umum dan digunakan di dalam masyarakat. Ukuran wayang pedalangan untuk wayang kulit purwa gaya Yogyakarta sebagai berikut.
Wayang Bima memiliki tinggi sebesar 70,7 cm dan lebar sebesar 30,2 cm.
Wayang Arjuna memiliki tinggi sebesar 44,5 cm dan lebar sebesar 17,5 cm.
Wayang ageng
Wayang ageng merupakan jenis ukuran wayang terbesar dari jenis yang lain. Wayang ageng jika dipakai untuk keperluan pertunjukan pagelaran wayang, tidak memenuhi syarat-syarat kepraktisan. Hal ini karena besarnya wayang tidak sesuai dengan kekuatan dalang untuk memainkannya dengan baik selama pertunjukan semalam suntuk.
Wayang madya
Wayang madya diciptakan oleh Mangkunegara IV Surakarta. Cerita wayang yang dipergelarkan melanjutkan cerita wayang purwa, yaitu dari Yudayono sampai Jayalengkara.
Wayang klithik
Wayang klithik berbentuk boneka yang wujudnya pipih, walaupun tidak setipis kulit dan dibuat dari kayu. Lengan atau tangannya dibuat dari kulit sapi atau kerbau. Jenis wayang klithik untuk menceritakan tanah Jawa terutama Kerajaan Majapahit dan Pajajaran.
Wayang beber
Wayang beber merupakan gambar wayang yang dilukiskan pada kain putih. Wayang Beber biasanya terdiri dari empat gulung yang berisikan 16 adegan. R.M. Sajid menjelaskan bahwa wayang beber bukan wayang yang dipergunakan untuk “mbarang” (ngamen) yang kemudian dipertunjukkan di jalan-jalan. Kata “beber” berarti direntangkan. Wayang beber setiap diceritakan, maka gambar wayang direntangkan penonton dapat mengetahui bentuk lukisan dari cerita.
Wayang gedog
Gambar bentuk wayang klithik.
Gambar bentuk wayang beber.
Wayang gedog diciptakan oleh Sunan Giri yang digunakan mengisahkan cerita Panji. Kisah tersebut berisi cerita raja-raja Jenggala mulai dari Prabu Sri Ghataya (Subrata) sampai dengan Panji Kudalaleyan.
Bentuk wayang gedog mirip dengan bentuk wayang purwa, tetapi tidak menggunakan gelung “sapit urang” pada tokoh-tokoh rajanya. Wayang gedog tidak memiliki wayang-wayang raksasa dan wayang-wayang kera. Semua tokoh wayang memakai kain kepa yang disebut “hudeg gilig”.
Wayang golek
Wayang golek merupakan boneka yang kebanyakan berpakaian jubah (baju panjang), tanpa berkain panjang, memakai serban (ikat kepala ala Arab), memakai sepatu, pedang, dan perlengkapan yang lainnya. Cerita wayang golek bersumber pada serat Menak yang berisi cerita Arab.
Wayang suket
Wayang suket merupakan wayang yang terbuat dari rumput (suket dalam bahasa Jawa). Wayang suket sebagai bentuk tiruan dari wayang kulit yang dibuat sedemikian rupa sesuai dengan kemampuan seorang seniman terkenal yang bernama Slamet Gundono.
Wayang motekar
Wayang motekar merupakan jenis wayang yang ditunjukkan dengan bayangan, tetapi memiliki berbagai warna dalam bayangan tersebut. Pertunjukkan wayang motekar menggunakan teknologi yang cukup tinggi.
Harry Dim, penemu wayang moteker mengemukakan bahwa teknologi yang digunakan dalam pertunjukkan wayang motekar, antara lain
wayang yang berbahan plastik, layar khusus, pengaturan sistem cahaya, dan perwana transparan.
Wayang orang
Gambar bentuk wayang motekar.
Wayang orang merupakan salah satu jenis wayang yang masih terjaga eksistensinya. Kelestarian budaya wayang orang masih terus dijaga dan diturunkan kepada anak cucu pada generasi berikutnya.
Wayang orang terdapat dua macam, yaitu sebagai berikut.
Wayang gung
Wayang gung merupakan jenis wayang orang yang berkembang di Banjar, Kalimantan Selatan. Wayang gung lebih banyak menceritakan
tentang Ramayana dengan versi Banjar dan
sesuai dengan kebudayaan yang ada.
Wayang topeng
Wayang topeng merupakan kesenian wayang orang yang ada di Jawa. Wayang topeng banyak digunakan pada acara pertunjukkan bahkan pernikahan. Pertunjukan wayang topeng dilakukan dengan cerita tentang kehidupan dan iringan musik gamelan.
Fungsi Wayang
Gambar bentuk wayang orang.
Gambar bentuk wayang topeng.
Wayang berfungsi sebagai penggambaran alam pikiran orang yang saling bertentangan, yaitu baik dan buruk, lahir dan batin, serta halus dan kasar. Kedua pikiran tersebut bersatu di dalam diri manusia untuk memperoleh keseimbangan. Fungsi wayang sebagai sarana pengendalian sosial, misalnya kritik sosial yang disampaikan melalui humor.
Wayang juga berfungsi sebagai sarana pengukuhan status sosial. Selain itu, wayang juga menanamkan solidaritas sosial, sarana hiburan, sarana pendidikan, dan sebagainya.
Posting Komentar